Sunday, September 25, 2011

"welcome abroad to my heart."

well, how to say?.

ingin bercerita sedikit tentang kehidupan.

saya dibesarkan oleh orang tua pecinta buku dan musik. buku pertama yang dibacakan untuk saya adalah kumpulan dongeng karya Hans Christian Anderson dan menyusul Astrid Lindgren disaat saya sudah mulai bisa mengeja. Lagu-lagu yang disenandungkan oleh Queen, Julio Iglesias ataupun The Beatles turut mengiringi pertumbuhan masa kanak-kanak.

sungguh sangat berterimakasih kepada mama dan papa yang menurunkan hobi ini.


seni merupakan sesuatu yang paling indah yang terjadi dalam hidup saya. seringkali saat mendengarkan sebuah lagu, imajinasi saya bekerja untuk mengarang cerita ataupun menggambar hal-hal yang terkait dengan lagu tersebut.


tulisan dan gambar diiringi musik adalah dunia paralel saya. tempat dimana saya melarikan diri dari kemonotonan sehari-hari. dunia ciptaan dan saya bisa melakukan dan mendapatkan apapun disitu.
berbahagialah kita semua yang bisa memiliki imajinasi tanpa batas.

love,
F.

Thursday, September 22, 2011

balint's syndrome.

jutaan huruf masuk kedalam telinga ini, terus masuk merasuk ke otak menembus selaput durameter dan menusuk ke syaraf hippocampus-ku. teriakan sudah tidak mampu lagi meredam bisikan setan yang terus mengimingi-ku dengan keabadian kekal. benturan dan guncanganpun hanya terasa seperti sentuhan halus tak terasa.

"aku kesakitan,' teriak bathin-ku, 'ribuan jarum terus masuk dan masuk dan berputar didalam corpus-ku. sebentar lagi akan berdarah, membanjiri thorax dan keluar melalui cervical ".

ya aku bisa membayangkan cairan merah itu akan membuncah meledak menghambur sampai sisa terakhir. akankah nadi terus berdenyut saat semua itu terjadi?. akankah cor dan pulmo terus berpacu tanpa terada yang harus terpompa?.

apa tak sebaiknya diakhiri sebelum semua bertambah merah disini?.

aku mendengar bertambah banyak suara-suara melintas mendesah perlahan. menyuruhku untuk berakhir. berakhir dalam hampa dan ketiadaan. dalam kelam yang takkan pernah benderang.

takkan pernah benderang.

taman dan bintang si Tuan.










atap,

keheningan,

dan bintang yang mengabur.

tuan,

ingatkah atap tertinggi masa pertama kita bertemu?.

sosok anda begitu pudarnya dalam pandangan ini.

bahkan saya tak sadar ada anda dihadapan saya.

tuan,

ingatkah taman dimana kita menghabiskan malam bersama mereka?.

sosok anda mulai jelas dalam tatapan ini.

tapi belum sampai ke hati.

tuan,

ada taman lain dimana kita habiskan waktu bersama mereka.

kemudian kita menghilang dari pandangan semua.

sembunyi berdua saja dan senyuman anda sampai ke hati.

dan masa-masa berlalu.

masa yang indah untuk saya tapi mungkin terlupakan oleh anda.

masa yang ingin sekali saya genggam selamanya.

dan anda pergi.

menghilang disaat saya terlalu mendamba.

seandainya,

tak pernah ada atap, bintang dan malam.

menantikan sang Tuan tersadar.

Tuan, Tuan, Tuan,

berapa kali lidah saya mesti melafalkan nama anda setiap hari?. anda masih saja jadi batu yang terus-terusan membatu disana.


setiap malam sebelum tidur,

ayat-ayat memanggil anda yang saya dengungkan.

anda begitu buta, tuli dan bisu.


telah habis gugur kembang malam dipangkuan dingin sang Tuan.


tak sadarkah anda begitu dirindukan?.


hanya anda yang saya inginkan.

sang penggambar.

terdiam di pojokan melalangbuanakan pikiran pada imajinasi lukisan.

dia,
diam,
diam sekali,
seolah tak hiraukan rangkaian kata yang sedang melintas berlalu-lalang ditelinganya.

fokus pada kumpulan warna yang mengangkasa di awang-awang.

ditorehkannya khayalan indah yang tervisualisasi pada setiap jengkal kulit halus yang membalut raga.

lalu ia tertawa.

ternyata dia bisa juga tertawa karena emosi yang tercipta dari keadaan.

eksperimental amal dan dosa.

silahkan ambil oksigen ini saya tidak butuh lagi. cuma sesak yang terasa saat paru-paru menghirup kehampaan.

maunya terbang menggapai yang tak tergapai.

maunya mati dan menghadap sang pencipta untuk sekedar bertanya,
"untuk apa terciptanya saya?. jangan beri saya nafas jika ternyata ini semua hanya eksperimental kehidupan".



saya bertambah merasa berada dalam sebuah drama.

diberi peran : cinta, benci, kehilangan dan perih.

diberi pilihan hidup dan menghilang tapi diberi konsekuensi pahala dan dosa.

padahal saya tidak pernah meminta!.



jangan kutuk saya saat saya berbuat dosa. karena saya tidak minta balasan saat menoreh kebaikan.

tolong jangan hitung amal dan kebajikan saya tapi juga jangan sigap menyuruh malaikat mencatat kekelaman yang saya buat.



saya tidak meminta apa-apa.

sunyi tanpa yang terdahulu.

sepi,

sepi sekali disini.

malam-malam yang berlalu indah saat terlewati.


hilang,

hilang semua yang pernah terada.

hari-hari yang terbiasa dengan anda.


lalu,

berlalu masa lalu yang terlalu.

desahan nafas dan bincangan ringan tentang kehidupan dan kematian.


diam,

diam yang terelok dari yang pernah saya rasakan.

saya hanya bisa terdiam.

(ingin) menangis di pelukan sang Tuan.

jadilah yang satu,
karena saya tak kuasa memisah belahkan hati terdalam menjadi beberapa kepingan.

jadilah yang satu,
karena yang saya butuhkan hanyalah sekedar pelukan murni tertetes dari satu sumber kesucian dan bukan genangan air yang merebak bagai kubangan lumpur.

jadilah yang satu,
sebagai sandaran sekaligus pelimpahan sayang teruntuk yang tercinta.

Tuan,
tidakkah anda lelah menjadi batu yang tak bergeming meskipun ada badai cinta yang sedang menerpa?.

tak inginkah anda merasakan ketulusan yang mampu membentuk bongkahan kasar tak berupa menjadi kenyamanan yang dapat menggetarkan surga?.

apakah anda tau,
tau sekali betapa besarnya keinginan saya meraih dan menciptakan damai diantara kita berdua,
damai yang termimpi dalam malam-malam kelam kita yang keterlaluan cepat terlewatinya.

saya hanya butuh satu anda,
anda yang biasa bermimpi dan bermain dengan imajinasi sendirian,
anda yang tak sadar sedang didambakan.


saya ingin,

ingin,

ingin sekali menangis.

(walaupun anda tidak akan pernah tau).

tak tervisualisasi.

tidak tau kemana angin akan menerbangkan saya.

jauh,


yang jauh,


lebih jauh.


terbangkan saya tak terjangkau dari pandangan.


saya tak ingin terlihat.


hampa,


sangat hampa,


kehampaan yang indah.


suram saya adalah kebajikan bagi anda semua.





mati rasa.

saya pergi, Tuan.

ada anda bertandang kedalam hidup saya. ada lagu-lagu yang terekam menusuk memori yang semakin melemah ini. dan ada saya yang menangisi malam-malam berujud pelangi berwarna kelabu untuk kemudian memudar warnanya.

Tuan,
hanya anda yg bisa menarik maksimal senyum saya.

tapi sudah tiba waktunya saya pergi.

anda.

redup,
perlahan redup dan akan hampir padam. rasa-rasanya tak ingin mempertahankan pelita yang semakin melemah. percuma melawan arah angin karena tak akan menang. lebih baik ikut terbang sampai ke bintang untuk kemudian hilang bersama yang kelam.

cahaya,

tak pasti sinaran yang tercahaya. dalam kotak di sebuah kardus besar dalam ruangan yang tak terdeteksi oleh penglihatan. adakah yang sebenarnya tak ada atau hanya fatamorgana hasil halusi tadi malam. semua mengablur dalam hitam.

Tuan,

anda sudah redup, tak bercahaya dan berada dibatasan antara ketiadaan dan nyata. yang meraih mimpi sendirian. sadarkah anda telah menerangkan kelam saya?. sadarkah jika hanya pelukan dari anda yang mampu menghangatkan denyut saya?. hanya anda di detik ini yang sanggup mewarnai imajinasi saya beserta khayalan indah tentang cinta. hanya anda yang bisa membuyarkan konsentrasi saya. tapi hanya anda juga yang mematahkan saya.

(dan bahkan anda tidak akan pernah tau betapa kekaguman yang saya punya terlalu indah untuk seorang anda).

mati suri.

terdiam tak beranjak dari dentangan waktu yang terus melaju. keruh dalam kenyataan hingga harus berlari menyeret lelah yang enggan pergi.

saya ingin bangkit.


kelabu-kelabu yang terangkai layu dalam otak tak mau pudar dan berpendar menjadi pelangi. meringkuk dalam hati hitam yang hampir menghilang dalam raga.


saya ingin pulang.


saliva memanas dalam kubangan dosa yang menggenang membanjiri adrenalin. matahari pagi dan bulan yang kelam-pun tak ingin melihat apa yg sedang terjadi dibawah sini.


saya ingin hilang.


terpejam dan terjebak dalam arus detik yang berlari dengan sangat cepat. tak terhenti, tak teraih dan tak bisa tergapai. harus tetap bergerak dalam spiral sakit yang tak reda tersiram gairah.


saya ingin lepas Tuhan.

biarkan saya tau apa mau-Mu. ajarkan saya berbuat yang Kau mau. izinkan saya menghapus yang lalu dan berkarat.

tuntun saya menggapai-Mu.

saya dan saya tanpa anda dan kalian.

saya suka sepi,
tapi tidak suka kesepian.
yang saya mau adalah sepi yang indah yang ada ditengah keramaian.

saya benci keramaian,
tapi tidak suka diasingkan.
yang saya mau adalah ditengah keramaian ada satu orang yang menggenggam erat tangan saya.

saya suka saat tangan ini digenggam erat,
tapi tidak suka jika genggaman itu hanya tercipta karena nafsu belaka.
yang saya mau adalah keeratan genggaman yang tercipta langsung dari hati.

saya tidak munafik untuk berkata tidak suka pada nafsu duniawi,
tapi tidak suka jika nafsu itu tercipta dalam ketidak sadaran.
yang saya mau adalah nafsu yang tercipta karena kasih sayang yang bisa meluluhkan perasaan yang telah membatu ini.

saya lebih sederhana dari gadis paling biasapun sekalipun,
tapi kadang saya bisa lebih rumit bagai seorang drama-queen.
yang saya mau adalah drama bersahaja dengan akhiran yang membahagiakan dengan diiringi tepukan tangan penonton saat tirai panggung ditutup.

saya menangis,
sambil tersenyum.

saya tertawa,
sambil meratap perih.

saya berujar kasar,
sambil merangkai kata halus di dalam pikiran.

dan,

saya berbohong saat mengatakan itu yang terakhir,
sambil berlari menutupi kenyataan bahwa saya ingin tak ada akhir dengannya.

Tuan,
anda berhasil membuat saya menggila dan jauh dari semua yang nyata.

mimpi nyata untuk terlupa.

derasnya semakin lebat ya diluar?.

tolong bangunkan saya jika sudah reda hujannya. walaupun pasti masih ada gerimis yang akan mengiringi langkah ini. tapi saya butuh terbangun dari semua kenyamanan yang melelapkan saya.

tak apa Tuan,
memang sudah semestinya saya terjaga dari mimpi indah kita bersama. mimpi penuh keabsurdan yang tak mampu terekam dalam ingatan.

seorang kawan berkata kemarin malam,
buat apa sih bersenang-senang hebat tapi terlupakan tidak masuk ke memori otak?. jadinya sayang
kan melewati hura-hura yang bahkan anda sendiri tidak tau saat melakukannya.

saya setuju mengiyakan.

saya mengangguk dalam-dalam berusaha berpikir keras.

ya, memang terlalu banyak yang terlupa. bahkan yang teringatpun hanya sekelebat bagai mimpi. tapi anehnya tetap merasakan di dalam hati. padahal tak ingin.

saya tersentak.

hey,
hujannya masih juga ya?.

tak ada yang menjawab. mungkin saya akan kembali tertidur dan segera pulas sebelum kalian menyadarinya.

tak terprediksi tapi terealisasi.


hujan dan saya,

hujan dan anda,

hujan yang menerpa kita berdua.

yang kita lewati malam itu hanyalah air yang turun dengan bebasnya dari langit. membasahi saya dan anda ditengah angin malam yang menerjang mata, tubuh dan hati ini.



batu dan saya,

batu dan anda,

batu yang membatu dalam hati kita berdua.

yang ada di dalam dada kita berdua adalah batu, berasal dari perasaan yang membatu. entah mengapa belum mampu tercairkan oleh hangatnya gairah kita bersama. mampukah saya merasai yang sudah lama mati?. mampukah anda merindukan yang telah lama hilang?.


subuh dan saya,

subuh dan anda,

subuh yang hadir diantara kebersamaan kita.

yang hadir saat itu subuh yang indah meskipun tanpa rasa bagi anda tapi tetap menakjubkan untuk saya. kita berdua telah usai bermain bersama diiringi munculnya matahari pagi dan suara adzan yang berkumandang.



Tuhan dan saya,

Tuhan dan anda,

Tuhan yang menciptakan kita berdua.

dari semua yang tampak kabur, hanya bayangan akan Tuhan kita berdua yang masih nyata. Tuhan yang menciptakan nafas. yang memberikan kesempatan bagi kita untuk bertemu dan melepaskan kepergian. yang memberikan cinta dan mati rasa. yang menjawab doa-doa saya setiap malam dan memberikan gambaran langkah yang harus saya ambil.


dan saya semakin yakin untuk tetap melangkah pergi. tanpa rasa dan tanpa cinta. tanpa teman yang kan mengiringi langkah penuh hura. saya sudah tau kemana setapak ini akan membawa saya. saya sudah dapat merasakan akhir dari pelarian saya.


saya berlari menggapai Tuhan saya (kembali).